Fakta Menarik Bigaku
|

Fakta Menarik Bigaku

digart.biz – Jepang merupakan negara yang memiliki beragam kebudayaan dan tradisi yang unik. Meskipun Masyarakat kini sudah berada di zaman modern, tradisi dan kebudayaan di negara Jepang yang ada sejak zaman dahulu masih dilestarikan. Banyak sekali kebudayaan yang ada di negara Jepang salah satunya adalah Bigaku. Dalam bahasa Jepang, Bigaku ( 美 学 ) berasal dari dua kata yang terdiri dari kanji “Bi” (美) berarti cantik, indah, dan enak dipandang, sedangkan “Gaku” (学) berarti ilmu atau belajar. Bigaku adalah konsep estetika yang ada dalam masyarakat Jepang. Dalam konsep estetika Jepang ini, adanya rasa akan keindahan dan kecantikan digambarkan sangat dekat dan tak terpisahkan dengan alam. Alam inilah yang menjadi titik utama dalam estetika Jepang yang berguna sebagai ciri khas pada konsep keestetikaan Jepang.

Konsep keestetikaan dari masyarakat Jepang ini merupakan sebuah pikiran yang cenderung digunakan sebagai simbol perumpamaan dengan memilih menjadikan alam sebagai gambaran subjek utamanya. Konsep bigaku ini sebenarnya merupakan sebuah hal yang subjektif, hal ini sejalan dengan konsep keestetikaan dan keindahan pada negara-negara lain. Konsep keindahan Jepang dengan negara lain seperti negara-negara Barat memiliki banyak perbedaan mulai dari pakaian musik, seni, dan sastra. Bahkan juga terdapat perbedaan dengan konsep keindahan di negara Indonesia. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya tiap-tiap negara memiliki konsep keestetikaan dan keindahannya masing-masing tergantung dari perasaan yang timbul secara alami didalam benak setiap individu.

Lalu, apa saja sih hal yang dapat membedakan konsep keestetikaan negara Jepang dengan negara-negara lain? Nah, di negara Jepang terdapat beberapa hal yang menjadi pembeda konsep keestetikaan negara Jepang dengan negara lain seperti konsep mono no aware (物の哀れ), ma (間), dan wabi-sabi (侘び寂し).

1. Mono no Aware (物の哀れ)

Mono no aware merupakan konsep keestetikaan yang didasarkan pada suatu perasaan yang tulus dalam memahami akan kesementaraan keindahan alam. Konsep ini didasari karena adanya sifat khas dari masyarakat Jepang ketika merasakan keindahan alam yang sementara. Mono memiliki makna pikiran, sedangkan aware memiliki makna sesuatu yang mengandung sebuah unsur kejiwaan. Konsep ini selalu diwarnai dengan kesedihan dan kepiluan.

2. Ma (間)

Ma merupakan konsep keestetikaan di Jepang yang memiliki makna ruang kosong yang mempunyai banyak makna. Dalam konsep inilah orang-orang akan mencoba menemukan makna tersembunyi dari sebuah karya yang disampaikan oleh penulis melalui penggambarannya yang hadir di berbagai suasana dan bidang termasuk musik, lukisan, sastra, dan sebagainya.

3. Wabi-Sabi (侘び寂し)

Wabi-Sabi merupakan konsep keestetikaan di Jepang yang terdiri dari dua unsur yang saling terkait. Wabi ini merupakan unsur yang menekankan pada konsep kesederhanaan. Wabi ini lahir dari adanya perasaan yang sulit dipahami namun dapat menunjukkan kepada sesuatu kenikmatan kehidupan yang sederhana jauh dari kehidupan duniawi. Sedangkan sabi merupakan unsur estetika di Jepang yang bermakna sepi,sunyi, dan tenang. Sabi dapat dikatakan sebagai kehidupan manusia yang sangat tenang yang ingin dicapai oleh orang-orang yang sudah meninggalkan kehidupan dan kemunduran nan senyap.

Bagaimana perbandingan Bigaku di Jepang dengan konsep estetika di Indonesia? Nah, salah satu contohnya seperti pemandangan bunga sakura yang masih berada di atas pohon dengan bunga sakura yang jatuh berserakan di bawah pohon. Manakah yang akan dianggap lebih indah di Jepang? Mengapa? Manakah yang akan dianggap lebih indah di negara Indonesia? Nah, jawabannya yang akan dianggap lebih indah di Jepang adalah pemandangan bunga sakura yang jatuh berserakan di bawah pohon. Hal ini karena terdapat gambaran konsep keestetikaan Mono no Aware. Dalam Bigaku, yang dianggap estetik di Jepang yaitu terlihat dari penggambaran konsep keindahan bunga sakura yang memiliki makna mempererat hubungannya dengan alam, kemudian keindahan lain juga digambarkan dengan jatuhnya bunga sakura yang ditiup oleh hembusan angin kemudian bunga jatuh menghampar di tanah. Keadaan ini dianggap memiliki nilai keestetikaan di Jepang karena hal ini merupakan keadaan yang hanya bersifat sementara, dengan jatuhnya bunga sakura hal ini menandakan bahwa musim semi akan berakhir dan menjadikan orang-orang Jepang merasa sedih. Berbeda dengan orang Indonesia, mereka pasti menganggap bahwa pemandangan bunga sakura yang masih berada di atas pohon karena dianggap lebih rapi dan masih segar. Bunga yang jatuh dianggap sebagai bunga yang sudah tidak segar dan nilai keindahannya menjadi berkurang.

Dengan adanya perbedaan inilah menjadikan bahwa keestetikaan di negara Jepang dengan negara lain seperti Indonesia memiliki berbagai macam perbedaan tergantung dari sudut pandang setiap individu.

Daftar Pustaka

Roger J. Davies dan Osamu Ikeno (ed). 2002. The Japanese Mind. US: Tutle Publishing.

Simanungkalit, Denny Christian. 2018. “Filosofi dan Nilai-Nilai Estetika Jepang pada Kintsugi”.

Baca Juga:

Slot x500

Scatter Pink

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *